Penyair kecewa menulis sajak kecewa.
Aku pasti mereka belum mengenalmu, Min.
Kau bukan suatu lagenda bayu membelai daunan gugur, atau cahaya lembut menghangat secawan kopi. Kau adalah suatu keyakinan di depan raksasa hidup.
Sesuatu yang tahu mengapa muara dicipta, mengapa hujan turun sebagai titis, mengapa pelangi berjalur tujuh, mengapa senja berwarna jingga.
Jua tahu mengapa tumbuh derita.
Sesuatu yang meneduh dendam dan mendampingi rahsia. Sesuatu yang mendengar impian manusia dan tidak tertawa.
Penyair kecewa terus menulis sajak kecewa. Aku pasti mereka belum mengenalmu, Min.
Atau sebenarnya telah. Lalu berpisah.