29 December 2017

Kopi jam satu pagi

Esok oncall. Hari ini cuti. Terdengar bunyi titisan air dari bilik mandi, saya tidak menutup pili dengan ketat. Lambat-lambat, saya bangun dari katil dan menutupnya. Tiada lagi terdengar, ia harus menunggu untuk menitis lagi. Puas.

Saya kembali ke katil. Oh, sekarang jam satu pagi, saya masih berjaga. Mengantuk sipi-sipi. Sambil menunggu perlawanan Chong Wei vs Shon Wan Ho dimuat naik ke Youtube. Sambil cuba-cuba study.

Di luar kamar, hidup menitis lagi tidak berhenti. Ada pesakit-pesakit datang ke hospital, mengadukan luka, patah-patah, sakit kepala, sesak dada, jalan terbuka, cirit birit, muntah loya, dan anak yang menangis. Yang sakit mencari penawar, yang sunyi mencari telinga mendengar. Yang malas mencari MC.

Saya menghirup kopi. Radix. Rasa biasa. Yang saya suka, baunya. Deria bau misteri. Setiap hirupan kopi membawa aroma sekali ke rongga, membuat saya terkenang bau yang sama ketika mengulangkaji di Jordan. Malam-malam mengaji Patologi, Organic Chemistry, Gastrointestinal System. Malam-malam akhir tahun enam prngajian. Malam panjang musim sejuk, dengan selimut tebal yang hangat. Satu bau yang menangkap seluruh memori lalu menghidangkannya kepada saya untuk dicicip. Malam ini akan menjadi mangsanya.

Oh ya, saya sudah berkahwin. Tidak sangka. Tuhan mengenalkan saya seorang perempuan baik, cantik, dan mempersona. Sederhana. Saya memilihnya, dan diterima. Ya, cinta kami masih muda. Masih pucuk segar yang belum dicabar. Saya mohon Tuhan terus memberikan cahaya, dan teduhan kasih sayangNya.

Saya mencintai malam sebegini.
Bayu dari tingkap mengelus langsir.
Saya dan malam terus berbagi secawan kopi.

17/12/2017

30 August 2017

Nama

Mengapa kita memberi nama kepada sesuatu?
Untuk mengiktirafnya wujud?
Untuk mengelaskan, membezakan.

Apakah nama kita yang sebenarnya?
Adakah Tuhan mengenal kita dengan nama?
Atau no siri? Bar code?

Nama menentukan darjat.
Darjat menentukan nama.

Nama apa mahu kita tinggalkan untuk dunia?
Tanggalkan?

Adakah kita akan mengetahui nama sebenar kita di akhirat nanti?

Haha.
Mengapa saya bertanya.

Entah

17 May 2017

2011?! Masa memang pandai berlalu

Puisi.

Saya mencadangkan ini menjadi satu siri tulisan, untuk mencatatkan 'apa-apa tentang puisi'.
Tulisan ini bukan tersusun benar-benar terbentuk, tiada hujung pangkal, cuma harapnya sepanjang perjalanan kita bersama dapat belajar sesuatu (tentang puisi terutamanya).


Sedari awal menulis, saya masih tertanya-tanya apa sebenarnya puisi. Sehingga kini masih belum menemukan jawapan. Bagaimana sebuah bentuk tulisan, dengan rangkap-rangkapnya dinamakan puisi? adakah terletak pada pembaca, atau penulis? Bagaimana kita setuju sebuah tulisan itulah puisi.

Adakah kerana setelah membacanya, ada rasa yang bergejolak di dada? Jika demikian apa sebenarnya yang memberikan puisi itu 'nyawa' hingga ia seolah-olah hidup dan menggugah kita?

Bagi saya, antara yang paling hampir yang dimaksudkan dengan puisi ialah, sebaris tulisan Robert Frost,
"Poetry is what gets lost in translation."

Syed Naquib Al-Attas dalam Risalah Buat Kaum Muslimin ada membincangkan perbezaan puisi dan prosa. Antara yang disebutkan ialah, sebuah puisi merangkumi lafaz dan maknanya. Makna dalam sesebuah puisi tidak boleh dipisahkan dengan lafaznya, sedangkan prosa, boleh.

Seterusnya, saya ingin memetik tulisan Sasterawan Negara, Shahnon Ahmad dalam Setitis Embun Semarak Api, berkenaan seni puisi.

"Pak Za'ba menyatakan bahawa puisi khas untuk melafazkan pemikiran yang bermakna dan signifikan dengan bahasa yang indah dan melukiskan pemikiran signifikan itu penuh kemanisan dan kecantikan gaya bahasa. Maka dengan gaya bahasa yang cantik itu, perkara yang hendak diperkatakan itu akan bertambah menarik kepada hai orang yang membaca dan mendengar."

" Puisi adalah pengucapan tentang perasaan yang ghairah, yang imaginatif, biasanya berirama untuk melahirkan curahan perasaan yang kuat secara spontan yang diingatkan kembali dalam suasana yang tenang.

Puisi adalah susunan perkataan yang terbaik untuk menghidangkan sesuatu yang signifikan. Puisi adalah cabang seni yang menggunakan pengucapan dan lagu untuk menyingkap kenyataan-kenyataan yang dirakamkan oleh deria manusia, yang dihormati oleh perasaan, yang ditanggapi oleh akal dan yang disusun oleh imaginasi. Puisi adalah pemikiran yang muzikal sifatnya.

Puisi adalah kesimpulan pemikiran manusia secara konkrit dan artistik dalam bahasa yang emosional dan berirama. Puisi adalah rakaman detik-detik yang paling indah dalam hidup kita. "

Puisi adalah untuk kita merasai sesuatu sedangkan prosa lebih kepada untuk kita memahami sesuatu. "

Saya baca rangkap-rangkap di atas ini berulang-ulang kali. Setiap kalinya seolah memberi pengertian yang berbeza. Saya juga terfikir, mungkin kita tidak perlu mencari-cari makna puisi, ia akan datang sendiri setelah kita menulis menulis dan menulis. Pengalaman. Kerna bukankah kita memberi makna hidup kita sendiri berdasar pengalaman? Cuma mungkin juga lebih bijak jika sepanjang perjalanan, kita mengambil peduli untuk meneliti obor dan jejak-jejak penulis terdahulu.

Akhir sekali, saya ingin berkongsi satu puisi pendek, ditulis dan dideklamasikan oleh Sasterawan Negara A Samad Said. Satu puisi yang amat indah. Mengungkapkan tentang hidup. Tentang dugaan dan nikmat. Tentang sabar dan syukur. Hikmah.

Jika

Jika bukit menjadi gunung
Gunung menyuburi rimba
Jika sakit mendorong menung
Menung meransang dewasa
Lorong hidup banyak cabarnya

Jika rakit menjadi kapal
Kapal meningkat bahtera
Jika bangkit melawan gagal
Gagal membibit hemah

Landas hidup banyak tuahnya



2011

14 February 2017

Soalan Saya Nak Tanya Kepada Gadis Korea Dalam Perjalanan Ke Hanoi

Tapi taklah. Saya cuma lihat dia mengait benang membentuk gelang, dalam perjalanan selama 24 jam dari Luang Prabang ke Hanoi. Ada kesungguhan, ketenangan, kelembutan. Sederhana, dan indah. Kami menaiki sleeper bus. Orang memilih cara masing-masing menghapus bosan. Dia siapkan tiga gelang, untuk ahli keluarga katanya. Saya habiskan segugus mata kucing. 

1. What’s one thing that’s happened to you that has made you a stronger person?
Sesuatu masa remaja

2. What’s one thing that’s happened to you in your life that made you feel weak?
Answering things like this? Haha

3. Where is one place you feel most like yourself?
1. Laut. 2. Semasa bawa motor. Alone with my thought.

4. Where is your favorite place to escape to?
Puente Romano. 

5. Who do you think has had the largest influence on the person you are today?
Mak

6. If you could change one thing about yourself what would it be?
Jadi rajin.

7. If you had one day left to live, what would you do first?
Morning review. Ok tipu. Taubat lah, beritahu terima kasih dunia, maaf buat yang kenal.

8. What decade do you feel you most belong in?
Hidup baru sekejap, tapi saya pilih 90.

9. Who are you closest to in your family? Why?
Mak. Why not?

10. Who is the one person in this world that knows you best?
She

11. What is your favorite quality about your best friend?
Perseverance

12. When you were younger what did you think you were going to be when you grew up?
Penternak lembu

13. If you could identify with one fictional character (from a book, show, or movie) who would it be?
None so far

14. Do you easily accept compliments? Or do you hate compliments?
Accept it, and compliment them too. I like positive things. 

15. Is your favorite attribute about yourself physical or non-physical?
Non

16. What is your favorite physical attribute about yourself?
Entah

17. What is your favorite non-physical attribute about yourself?
I love books. Attribute ke ni?

18. Do you believe in love at first sight? Sure do.
19. Do you believe in soul mates? Sure do.
20. How seriously do you take horoscopes? Nah
21. Have you ever been in love? How many times? Twice.
22. What makes you fall in love with someone? 
Mungkin kerana kau...
23. What does vulnerability mean to you? What has the ability to make you vulnerable?
A good book. A good song. You

27. What’s one thing you’d love to learn more about? 
History

28. What is something you’ve never done that you’ve always wanted to do?
Solo travel at least a month

29. Why haven’t you done it yet? Masa, duit.

30. If money didn’t matter, what would your dream job be?
Baca buku. (?)

31. If you had off from work today, what would you do?
Take second third look to the schedule. Takkan la OnG dapat cuti tanpa perjuangan.

32. What was the last thing that made you cry? IKIM fm, entah pasal apa.

33. What was the last thing that made you laugh? some lame jokes in hospital

34. What is your favorite memory? 
Banyak. Yang teringat hari ni, salji pertama di Istanbul.

35. What’s the last thing that REALLY embarrassed you?
Tak dapat jawab soalan masa round.

36. What is your biggest fear?
Losing myself

37. Do you have any regrets? What’s your biggest one?
Nope

38. Have you ever broken a law? If you haven’t what is one law you’d love to break?
Nak EL sebulan

39. What is the craziest thing you’ve ever done?
Entah.

40. Would you have a conversation with a stranger?
Absolutely

41. Would you tell a stranger they have toilet paper hanging from their shoe? Or their dress tucked into their underwear? (Or anything else that is embarrassing to be seen in public)?
Whisper

42. What’s your favorite joke?
Latest, from patient during history taking.

43. Are you a dog person or a cat person?
Dog

44. If you could be any animal, what animal would you be?
Kelkatu

45. What’s one show, movie, or book, you’re embarrassed to admit you enjoy?
Tak malu, semua bangga je.

45. What’s one show, movie, or book, you’re embarrassed to admit you enjoy?
Dulu kecik-kecik nakal

45. What’s one show, movie, or book, you’re embarrassed to admit you enjoy?
Tingkatan 3

48. What’s something you believe in that not everyone else does?
Semua orang ada sisi baik.

49. What’s one thing you would say that makes you unique from other people?
Sama macam atas

50. What is one thing you feel your life is missing?
Youth. Haha

Tiga perkara saya suka,
1. Buku
2. Puisi
3. Perempuan

Walau apa yang telah dan akan terjadi, you are still my best friend. Campak satu batu, sejenak bayang hilang, ke dasar batu tenggelam.








24 January 2017

Orang Muda ke Sejarah

Membaca novel kecil Bukan Legasi Lalang membuatkan saya mengagumi semangat perjuangan Hang Jebat.
Membaca Hikayat Hang Tuah (walaupun tak habis. haha) membuatkan saya menghargai pendirian Hang Tuah.


Kalau dari sudut sastera, saya suka petikan kata-kata Latiff Mohidin dalam bukunya, Catatan, bertajuk 'Antagonis dan Protagonis',

" Watak Hang Tuah dan Hang Jebat itu tidak sama dengan watak wayang kulit sri Rama dan Rawana. Watak epik Ramayana itu watak hitam-putih; watak yang lahir daripada dua nilai, dua sifat, dan dua dunia yang bertentangan sama sekali; watak yang sudah diterima oleh masyarakat sebagai watak baik dan watak buruk. Yang satu bersifat ganas, sementara yang satu lagi bersifat lembut.

Watak Hang Tuah dan Hang Jebat ialah dua watak adik-beradik, watak kembar, watak pahlawan sehinggalah seorang difitnah, manakala yang seorang lagi bangun menuntut bela. Yang seorang amat patuh lagi setia, sementara yang seorang pula ingkar dan menderhaka; watak yang bukan 100%  hitam-putih, tetapi berwarna kelabu dengan ratio atau nisbah 40:60, bergantung kepada fahaman simbol dan keadaan psikologi semasa. Sebentar, Hang Tuah adalah hero dan wira kita; sebentar lagi, Hang Jebat pula. Ahli sejarah dan ahli sains politik terus berbelah bahagi. Begitu jualah halnya dengan pemikiran/minda kita.
(Mungkin inilah dua watak idaman seorang Shakespeare!) "

Hang Tuah dan Hang Jebat keduanya ialah man of principle.

Seperti Jebat, Tuah tidak takut kepada Sultan.
Sayang Tuah pada sahabat juga tidak kurang dari sayangnya Jebat.

Tetapi mereka dihadapkan dengan satu konflik. Raja zalim dan kelompok pembesar hasad dengki yang jika dibiar berterusan akan menyebabkan kejatuhan empayar Melaka ketika itu. Sudahnya, mereka tampil dengan pilihan pendirian berbeza. Mereka sama sekali tidak bertindak atas kepentingan sendiri.

Tuah memilih
Jebat memilih


Sejarah terus mengadili.

Dalam situasi dilema sepanjang zaman;
adakah kita perlukan seorang Hang Tuah atau seorang Hang Jebat?
atau hanya kita tidak perlukan Sultan Mahmud? Atau Patih Kerma Wijaya?

Mungkin sekali adalah silap untuk kita mengambil pendekatan simplistik sedemikian.

Potret

Sederhana saja, kuberitakan
apa yang terasa senja itu.
Senyummu, senyum yang bisa
menaklukkan jiwa, terbit antara
laut yang menyimpan gelora
dan pantai yang selalu menerima.

Sepasang buai berteduh
di pohon rendang. Dan kau sendiri tahu
setiap buai adalah mesin masa
menghantar pulang;
kita kecil tanpa dendam.
menjemput angan;
kita dewasa tanpa sesalan.

Kau tak mahu berpaling
mata kita diam dalam rahsia.

3.00 pagi
19/1/2017