Ini sejujurnya terlalu peribadi, saya sendiri tak tahu mengapa saya kongsi.
Kejaplah kot.
Semalam semasa kelas tahfiz, mak menghantar mesej dari tanah air.
"Assalamualaikum.
Abang, 20 tahun berlalu, tambah usiamu,
satu persatu kau kutipi jerami hidup ini,
lalu kau anyami, kau hampari, buat permaidani.
Selamat hari lahir abang."
...
Tergamam, saya keluar.
Entah bagaimana lepak bawah bunga ros tepi musolla.
dan bersama saya, Irbid menangis.
Saya balas pada mak, (lebih kurang, yang betul tak save lak)
Segala indah corak dan warna,
pada permaidani semuda ini,
adalah teguh jemarimu memandu,
adalah rintih syahdu alunan doa,
adalah gelora gelisah sayangmu.
Andai abanglah permaidani,
mohon ia terhampar,
mengiring jalanmu ibu,
ke syurga.
...
Ini bukan hari abang dilahirkan,
ini hari mak melahirkan.
Siang tadi,
masa pembentangan kumpulan kedua,
saya terima ini pula dari mak,
Dulu, rintih itu tersalut sinisnya senyum.
Duka tersisip di sudut sepi seorang abi,
Saban detik yang terisi, dia punya impi,
Biar irama tiada nama, sumbang dendangannya,
Namun bait-bait lirik terlakar jua,
Segar meniti di hujung lenanya.
Kini himpunan doa moga ada nyatanya,
meski sabit rembulan masih kelam cahaya
namun tetap punya rasa, kalianlah penyinarnya.
Haniff, lurusmu pohon istiqomahnya,
Agar terpahat bahagia di bawah lembayung rahmat Yang Esa.
Abang, mahabbahmu sentuhan kalbu ibu.
Shukran sayang.
Waaaaaa
sekali lagi tanpa tertahan.
Nak cakap apa lagi.
Mak, selamat hari melahirkan!!!
=)
Abang balik nanti, kita lepak sama-sama ye. InsyaAllah.
29 April 2011
27 April 2011
20 April 2011
18 April 2011
Al Wadi Al Kabir
Kini lebih dikenali sebagai Quadalquivir.
Bulan purnama begini memang 'evoke memories' la.
BLUE RIVER
The river of diaphanous waters
murmuring between its banks
would have you believe
it is a stream of pearls.
At midday tall trees
cover it with shadows
turning it the color of metal.
So now you see it, blue,
wrapped in brocade,
like a warrior in armor
resting in the shade of his banner.
--Muhammad ibn Ghalib al-Rusafi
The river of diaphanous waters
murmuring between its banks
would have you believe
it is a stream of pearls.
At midday tall trees
cover it with shadows
turning it the color of metal.
So now you see it, blue,
wrapped in brocade,
like a warrior in armor
resting in the shade of his banner.
--Muhammad ibn Ghalib al-Rusafi
Hatta, saya nak belajar syair arab dengan awak. Nanti saya datang semula Al Hambra nak baca syair-syair tertulis indah di dindingnya.=)
____________________
Diceritakan, di sinilah Al Mu’tamid menemui jodohnya.
Sewaktu berjalan-jalan bersama temannya, di tebing Quadalquivir, Al Mu’tamid melontarkan sebaris puisi, mencabar temannya melengkapkan.
Sana’a ‘r-ribu min al-ma i zarad…
[The wind has turned the water to chain mail...]
Tidak semena-mena, ada gadis membalas spontan.
Ayyu dir'in li-qitdlin law jamad!
[What armor for a battle, if it froze!]
Balasan yang menimbulkan kekaguman. Gadis tersebut bernama Rumaikiyyah. Dipendekkan cerita, mereka berkahwin, dan Rumaikiyyah menjadi teman hidupnya yang setia. Tambahan, dikatakan Rumaikiyyah inilah yang merindukan salji putih Syria, lalu Al Mu’tamid menanam pohon yang gugur bunganya nanti persis turunnya salji.
( Sadis, kita ada cuba juga kan ini di Puente Romano, tak menjadi pun. Nanti kita cuba di ‘tepian muara’ Sungai Klang lah. Hah)
Quadalquivir juga turut menyaksikan kejatuhan Al Mu’tamid dari puncak kuasa. Beliau dan keluarganya diiring di Quadalquivir untuk dibuang negeri, ditatap sekalian rakyat jelata.
Sungai setua ini, tentu menyimpan banyak rahsia. Sungai kebanggaan Seville dan Cordova. Zaman ketinggian ilmu dan budayanya. Sungai air mata, kejatuhannya. Sungai yang menemukan, jua memisahkan. Namun tetap jua setia ia di situ, mengingatkan, walau apa terjadi, alirannya enggan terhenti. Manusia belum putus hadir ke dunia. Ada harapan meski sinarnya tak kelihatan.
Di situ, melihat mentari mulai memancar garang, awanan jingga, merpati bertengger di celahan bata, menikmati nyaman udara, pancaindera tenggelam dalam indah alun muzik air .
Ada tenang dan sayu tak tergambarkan.
Quadalquivir berbisik,
"Bumi ini rindukan Islam."
17 April 2011
mil neuf cent quatre vingt onze
Terbang bebaslah.
Terbang bebaslah.
Moga,
selamat pergi,
dan kembali.
Terbang bebaslah.
Moga,
selamat pergi,
dan kembali.
16 April 2011
Bayang
kerna yang paling takut dengan kelemahannya,
adalah diri sendiri.
Ini untuk aku,
kau,
kita.
Tiada yang melihat semua,
melainkan Tuhan.
Bulan hampir penuh,
hati lebih (sikit) separuh.
Jumaat, 15 April 2011.
13 April 2011
Flowers Are Red
(Dawud Wharnsby Ali, Muhammed Bhikha & Rashid Bhikha ( Fakazi Ngwekazi (Nhlanhla), Linda Gcwensa & Mfana Nxumalo (Sipho)
A little boy went first day at school
He got some crayons and he started to draw
He put colors all over the paper
For colors was what he saw
The teacher said, "What you doin' young man?"
"I'm paintin' flowers see"
"Well this is not the time for art young man
And anyway flowers are green and red
There's a time for everything young man
a way it should be done
You've got to show concern for everyone else
For you're not the only one"
And she said...
"Flowers are red
Green leaves are green
There's no need to see flowers any other way
Than they way they always have been seen "
But the little boy said...
"There are so many colors in the rainbow
So many colors in the morning sun
So many colors in the flower and I see every one"
Well the teacher said… "You're sassy
There's a way that things should be
And you'll paint flowers the way they are
So repeat after me..."
she said...
A little boy went first day at school
He got some crayons and he started to draw
He put colors all over the paper
For colors was what he saw
The teacher said, "What you doin' young man?"
"I'm paintin' flowers see"
"Well this is not the time for art young man
And anyway flowers are green and red
There's a time for everything young man
a way it should be done
You've got to show concern for everyone else
For you're not the only one"
And she said...
"Flowers are red
Green leaves are green
There's no need to see flowers any other way
Than they way they always have been seen "
But the little boy said...
"There are so many colors in the rainbow
So many colors in the morning sun
So many colors in the flower and I see every one"
Well the teacher said… "You're sassy
There's a way that things should be
And you'll paint flowers the way they are
So repeat after me..."
she said...
"Flowers are red
Green leaves are green
There's no need to see flowers any other way
Than they way they always have been seen "
But the little boy said again...
"There are so many colors in the rainbow
So many colors in the morning sun
So many colors in the flower and I see every one"
Well the teacher put him in a corner
She said… "It's for your own good…
And you won't come out 'til you get it right
responding like you should"
Well finally he got lonely
Frightened thoughts filled his head
And he went up to that teacher
And this is what he said
"Flowers are red, green leaves are green
There's no need to see flowers any other way
Than the way they always have been seen"
Green leaves are green
There's no need to see flowers any other way
Than they way they always have been seen "
But the little boy said again...
"There are so many colors in the rainbow
So many colors in the morning sun
So many colors in the flower and I see every one"
Well the teacher put him in a corner
She said… "It's for your own good…
And you won't come out 'til you get it right
responding like you should"
Well finally he got lonely
Frightened thoughts filled his head
And he went up to that teacher
And this is what he said
"Flowers are red, green leaves are green
There's no need to see flowers any other way
Than the way they always have been seen"
Well time went by like it always does
he moved to another town
And the little boy went to another school
And this is what he found
The teacher there was smilin'
She said..."Painting should be fun
And there are so many colors in a flower
So let's paint every one"
that little boy painted flowers
In neat rows of green and red
And when the teacher asked him "why"
This is what he said..
"Flowers are red, green leaves are green
There's no need to see flowers any other way
Than the way they always have been seen."
But there must still be a way to have our children say,
There are so many colors in the rainbow
So many colors in the morning sun
So many colors in the flower and I see every one
There are so many colors in the rainbow
So many colors in the morning sun
So many colors in the flower and I see every one."
"Flowers are red, green leaves are green
There's no need to see flowers any other way
Than the way they always have been seen."
But there must still be a way to have our children say,
There are so many colors in the rainbow
So many colors in the morning sun
So many colors in the flower and I see every one
There are so many colors in the rainbow
So many colors in the morning sun
So many colors in the flower and I see every one."
Terima kasih Hanis!
You made my day.
as always.12 April 2011
Yellow
Despite being loyal Basrah'ian' for straight five years, I don't think I've ever been in love with yellow.
Yellow as the colour itself.
Strangely enough, I found myself in love with yellow flowers.
After my first encounter with yellow tulips in Istanbul, I wrote,
"Adakah lagi tulip sekuning ini,
atau sebenarnya, harus ditanyakan,
akan adakah lagi kuning setulip ini?"
Of what lies beneath,
Of what awaits beyond,
left unanswered.
Part of the beauty.
A somehow.
10 April 2011
lihatlah
dengan hati lapang.
dan doakan.
( kerna tujuan kita sama kan? )
Masjid Ali Kabir,
Syria.
Summer 2010.
09 April 2011
08 April 2011
Bukan ( Gadis dan Bunga )
Kalaulah bunga itu dikatakan indah,
layaklah persahabatan sama diumpamakan.
Lebihnya,
persahabatan tak bermusim.
Saat layu bunga,
sahabat tetap setia.
06 April 2011
selalu kalau masak tak jadi, memang tidur tak lena. tapi malam ni gembira tak semena-mena pula.
Self Knowledge by Kahlil Gibran
And a man said, Speak to us of Self Knowledge.
And he answered, saying:
Your hearts know in silence the secrets of the days and the nights.
But your ears thirst for the sound of your heart's knowledge.
You would know in words that which you have always known in thought.
You would touch with your fingers the naked body of your dreams.
And it is well you should.
The hidden well spring of your soul must need rise and
run murmuring to the sea;
and the treasure of your infinite depths would be revealed to your eyes.
But let there be no scales to weigh your unknown treasure;
And seek not the depths of your knowledge with staff or sounding line.
For self is a sea boundless and measureless.
Say not, "I have found the truth," but rather, "I have found a truth."
Say not, "I have found the path of the soul." Say rather,
"I have met the soul walking upon my path."
For the soul walks upon all paths.
The soul walks not upon a line, neither does it grow like a reed.
The soul unfolds itself, like a lotus of countless petals.
_________________________
Kepalakotak cakap;
"Mengetahui, adalah memperbodoh diri"
_________________________
....
Tak tau nak sebut apa.
Selamat study lah semua.
( termasuk senior-senior tahun tiga yang kena ambil exam semula. )
___________________________
....mungkin memang ya, 'jadi'nya masakan bukan hanya pada rasa.
05 April 2011
5 Al Biruni
Pergh.
Rindu pula tiba-tiba dengan kalian.
mane gi sorang-sorang?
Aku pun macam dah lost contact dengan cikgu-cikgu. Moga baik-baiklah semuanya.
Rindu waktu prep; aku habiskan 'study' Twilight.
Rindu 'blur-blur' dalam kelas.
Rindu nikmat tidur dalam kelas, takkan kantoi sebab dibayangi dua gergasi kat belakang.
Rindu menerima kunjungan istimewa adik sendiri. hah.
Paling rindu kelas Teacher Iqma.
Rindu rasa debar-debar untuk dapat result periksa.
Untuk kertas BM, BI, tambah teruja. Untuk kertas Add Math, tambah 'sengsara'.
Rindu serbu Dewan Makan. Tarbiyah dengan ujian juga, tiap Khamis orang nak puasalah biasanya makan tengahari paling sedap.
Tentang asrama tak perlu ceritalah. 5 tahun. Ribu-ribu kenangan.
jangan risau, aku setia dan selamat ngan Acoi kat sini. haha.
Beberapa classmates kita masuk DQ, dan berjaya menamatkan pengajian di situ. Bangga kami.
Aku rasa berlambak betul dak kelas kita memilih kerjaya doktor, gigi ke tak gigi.
Dekat separuh gak la kan. Mengapa ha nak jadi doktor?
Terpulang.
Harapnya 'pulang' kita daripada pengajian nanti, walau apa jurusan sekalipun, menyumbang dalam masyarakat, bukan menjadi beban.
Serius.
Tahun 2008 dulu, langsung tak terbayang 2011 aku akan ada di sini.
Langsung.
...
Aku ada tulis ni, lebih setahun yang lalu;
"Ya, tidak dapat dinafikan SPM adalah peristiwa besar dalam hidup kita.
dan sebabnya bergantung bagaimana kita melihatnya.
Without doubt, the result hand a hand
in determining where we are right now.
What course we are taking.
and maybe, what we have become since.
Having said that, SPM is not everything.
It is not the end.
It is the beginning of a new journey."
A new journey.
Dan kita bukan lagi di awal jalan.
Moga telah jelas, penamat yang kita mahukan.
04 April 2011
01 April 2011
Nur Baiti
Assalamualaikum.
Salam sejahtera buat kalian pencinta kebenaran, keindahan, dan keadilan.
Sejujurnya, saya tidak tahu bermula bagaimana.
Apatah lagi mahu menghabiskan nanti.
Untuk kali ini, saya hampir tidak menyusun apa-apa untuk menulis, yang ada hanyalah 'rasa-rasa' yang mahu dikongsi buat re.nungan bersama.
Hmm, semalam saya membaca Mencintai Pejuang Itu. Sangat terkesan. Pada keseluruhan isi surat. . Sampai rasanya ke hati. Hingga ke sedasar-dasarnya.
" Nur, gue belum dapat merasai rasa seperti itu. Tetapi, rasa yang loe tanya pada gue, meski belum mencapai rasa maqam tertinggi, mencintai pejuang agama sudah cukup melengkapkan hari dan malam. Rasa itu akan melengkapkan loe. Dengan cara yang cukup magis, meski rasa itu tidak berbalas.
Dan rasa itu akan membuatkan loe mahu hidup setiap hari, mahu juang setiap hari, mahu ingin agar dapat membahagiakan dia setiap hari, meski tidak dapat membahagiakan dia, sekurang-kurangnya loe akan mahu hidup agar loe boleh berdoa untuk kebahagiaan dia setiap hari. Itu rasanya Nur. Itu rasanya."
'Tersentak merah' saya pabila membaca perenggan ini. Sungguh itulah juga yang saya rasa.
Saat kadang seolah jatuh terjunam ke lurah dalam, inilah yang saya syukuri.
Syukur kerana dalam segala lalai-lalai kesalahan, dosa-dosa bertimbun, masih ini tersisa dalam diri. Syukur kerana Tuhan masih memperkenan adanya rasa ini. Rasa mencintai.
Kerna pada saya, mencintai itulah pangkal awal wujud diri.
Kalau itupun sudah tiada, apalah ertinya lagi hidup ini.
Saat tak kuat, kaki longlai melangkah, mengenang hinanya diri, rasa inilah yang selalu jadi azimat. Bahawa sekurangnya, hidupku di dunia ada gunanya lagi. Buat mendoakan. Mendoakan para pejuang yang tak kenal lelah itu, yang tak luntur azam semangatnya, yang di mana bila-bila mewakafkan dirinya berjuang atas jalan ini. Jalan sabar dan taqwa. Jalan menegakkan persaudaraan manusia. Jalan meninggikan kalimah Tuhan.
Dan berdoa, dengan segan sekali, agar terpilih bersama mereka.
Kagum sungguh aku pada kalian. Siangnya mahu menjadi khalifah, malamnya mahu menjadi abid. Malu sungguh aku pada kalian.
Tanpa lupa, saya di sini juga dalam medan perjuangan. Berjuang dengan buku, menimba ilmu, agar nanti dapat 'membawa kepakaran untuk dibawa pulang untuk Tuhan dan ummah'. Fuh, sudah diketahui begitu jalannya, tapi tidaklah diri ini kuat sentiasa. Atau sebenarnya entah bilalah kuatnya.
Saya juga mahu mengingatkan diri agar kalau ada masa-masa terasa seolah ringan melakukan taat, berbuat khidmat, mungkin saja semuanya atas asbab 'murah hati' manusia-manusia lain mendoakan untuk kita. Dan tentu sahaja atas kurnia Tuhan.
Tuhan mengurniakan 'siratan doa' ini indah sekali. Hingga seluruh alam pun, bisa berdoa memohonkan ampun buat kita. Rahmat-Nya. Rahmat-Nya.
Oh, tentang tajuk. Nur Baiti.
Itu nama seorang makcik yang berkhidmat sebagai pembantu rumah seorang dentist Arab di hadapan Abu Ain. Seorang Jawa. =) Unik sungguh sembang-sembang dalam bahasa ibunda sambil terselit-selit bahasa Arab. Terbiasa, katanya.
Umurnya menjelang 60-an saya kira. Satu perkara saya perasan, (lama, dan kali ini tambah pembuktiannya) seorang ibu walau bagaimanapun keadaannya, kebahagiaan anaklah utama difikirkan, dikenang-kenangkan.
Jauh di rantau orang, kerisauan pada anak terpanjar jua dalam perbualan, walaupun mungkin cuba disembunyikan.
"Cuma mahu melepaskan anak yang bongsu itu, selepas ini bolehlah berangkat pulang."
Pengorbanan. Perjuangan.
Saat beliau mengkhabarkan namanya, entah kenapa, saya jadi terpegun. Indahnya! Ringkas namun serasa halus sekali. Nur Baiti. Nur Baiti.
Teringat hari 'nur-nur' yang saya lalui.
Bersembang bincang dengan seorang guru tentang nur dan dhia. Surah Yunus ayat 5. Nur ditafsirkan sebagai cahaya bulan manakala dhiya ditafsirkan sebagai cahaya matahari. Ketepatan bahasa Al Quran.
Kuliah Tafsir Jalalain minggu ini. Ustaz memperihalkan tentang zulumat dan nur. Lafaz 'zulumat' adalah jamak, plural manakala lafaz 'nur' ialah mufrad, single. Mengapa? Ustaz menyebut (konteksnya begini, ayatnya saya lupa ) bahawa jalan yang boleh membawa kita ke arah kejahatan amat banyak, sedangkan jalan yang membawa kebaikan itu sedikit.Mudah-mudahan.
Kelas SGD semalam dan minggu lepas. Instructor menyebut, ramai sungguh 'nur' dari Malaysia.
Baiti bolehlah diertikan sebagai rumah. Dan 'rumah' jiwa kita ini, inilah, jasad ini. 'Nur' cahayanya saya kira datang dari hati.
Baik hatinya, baiklah seluruhnya.
Biarlah 'cahaya di setiap rumah kita' terpancar menerangi dunia.
Setidaknya,
dengan doa.
=)
Subscribe to:
Posts (Atom)