Simfoni

Ini tulisan ibunda saya. Entah bila beliau menulisnya, saya tidak tahu. Tapi ia ditulis dengan mesin taip, tentu-tentu-tentu sudah lama kan.

Simfoni

Damai simfoni membelah sayu,

Pungguk merindu rembulan,

Lembayung senja menunduk layu,

Ratapan dara merayu rawan.

Tiba-tiba guruh membelah

Bumi merekah

Lantas cahaya kelam.

Tinggallah si pungguk

Menghitung langkahan malam,

Dan rembulan tidak muncul lagi,

Terbanglah pungguk merindu menanti.

Tiba di suatu perhentian,

Pungguk sedar betapa agung.

Erti sebuah impian.

-Ainon Ahmad-

_________________________________________

Kelmarin, tiada bintang di dada langit.
Bulan, meski tanpa teman, masih tersenyum.
Kali ini runcing tipis . Manis.
Namun, hati saya terhiris.
Dia dengan itu, memberitahu,
Lanjut sudah umurnya.

Dia.....Ramadhan,
Ingin berangkat pulang.

Err..agaknya ia merindukan kita tak?


Ramadhan, tak boleh extend dalam 10 hari ke???ishh...hah.
______________________________________